Awal tahun 2009 menjadi pertanda baik bagi perajin miniatur kapal. Salah satunya dirasakan Jemy, perajin miniatur kapal tradisional yang tinggal di Lingkungan Kedungkwali Gang VIII Kelurahan Miji, Kecamatan Prajuritkulon, Mojokerto.
Pasalnya omzet kerajinan berbahan dasar kayu itu mengalami peningkatan hingga 10 persen, dibanding hari biasa. ”Lumayan dibanding hari biasa tahun baru kali ini order saya meningkat 10 persen,” ujar Jemy di sela-sela menyelesaikan pekerjaannya. Peningkatan omzet yang didapatnya, otomatis mendongkrak pendapatan Jemy yang sudah menjalani usahanya sejak tahun 1996 lalu.
Menurutnya, meningkatnya omzet tersebut disebabkan volume permintaan dari beberapa daerah yang memiliki kawasan wisata lebih banyak dari sebelumnya. Semisal, Palembang dan Batam. Bahkan tidak jarang pesanan datang dari Belanda dan Korea. ”Biasanya untuk oleh-oleh wisatawan yang berlibur. Kalau biasanya hanya 100 buah kini bisa mencapai 125 buah kapal,” urainya.
Menghadapi tahun 2009 ini, dia bersama 20 karyawan yang ada membuat kerajinan dengan berbagai bentuk dan model. Semisal bentuk kapal dagang Cina, kapal perang VOC, kapal Majapahit serta kapal yang dimasukkan kedalam botol. ”Harganya bervariasi antara 15 ribu hingga Rp 30 juta per buah,” terang perajin yang pernah menerima penghargaan dari Provinsi Jatim pada 2007-2007 kategori kerajinan ramah lingkungan.
Sayang, kendati buah karyanya mampu menempus pasar ekspor, namun usaha suami Isnaini ini belum sepenuhnya mendapat perhatian dari pemerintah setempat. Terutama dalam segi pendanaan dan pemasarana.
Padahal secara tidak langsung miniatur kapal tradisional sentuhan tangan Jemy, dapat mengangkat nama Kota Mojokerto di kancah nasional dan internasional. ”Karena itu saya hanya bisa berharap pemerintah lebih serius mengembangkan kerajinan yang ada di wilayahnya,” imbuh Jemy.
Contoh miniatur kapal.
Sumber : Radar Mojokerto.