Karya Hiasi Istana Xanana Gusmao, Utang Patung Mbah Surip
Bom Bali I Oktober 2002 lalu, memang telah banyak menelan korban jiwa (202 orang). Dampaknya, selain banyak orang cacat atas kelakuan laknat teroris itu, banyak pula orang kehilangan mata pencaharian. Salah satunya Putut Nugroho. Usahanya gulung tikar usai bom meledak di Legian tahun 2002 itu. Namun dia bisa bangkit dengan usaha baru.
Mentari sudah condong ke barat. Di sore itu koran ini memasuki ”bengkel” kerja Putut Nugroho. Terlihat beberapa anak buahnya lagi mengecat salah satu karyanya berupa Dinosaurus.
”Pak Putut masih di rumah, entar lagi sini. Bapaknya istirahat tadi,” ungkap Agus, salah satu anak buahnya. Beberapa saat Radar Bali menunggu, akhirnya orang yang dicari koran ini datang juga.
Ketika ditanya riwayatnya hingga bisa eksis dalam dunia kerajinan fiberglass, dia langsung bercerita panjang lebar sambil tak henti-henti mengisap kreteknya. ”Ini berawal setelah bom Bali I,” ungkap pria berkumis yang kumisnya mulai ubanan ini.
Awalnya adalah bekerja sebagai disain interior. Akibat ulah Amrozi cs usahanya gulung tikar. Dalam kondisi pariwisata Bali morat-marit, lanjut Putut, dia mendapat pesanan membuat interior fiberglass di kawasan Sentral Parkir.
Sempat menimang-nimang permintaan itu, akhirnya Putut memberanikan diri untuk menerima orderan tersebut. ”Syukur hasilnya memuaskan. Sejak itu saya mulai dalami usaha baru ini. Kebetulan saya punya latarbelakang sebagai seorang pelukis,” kata tamatan jurusan Seni Rupa IKIP Surabaya ini.
Pria asal Mojokerto ini akhirnya membuka usaha kecil-kecilan. Beberapa karya dipajang di tempat usahanya yang tidak terlalu luas. Perlahan namun pasti, orang semakin banyak tertarik dengan karya-laryanya.
Putut semakin bergairah mengembangkan usahanya. Lagipula Jalan Gunung Sangyang sering dilewati bule. Suasana demikian ini membuat beberapa warga asing kepincut memesan karya kerajinannya. ”Saya nggak bisa internet, gaptek (gagap teknologi) masalahnya. Jadi promosi saya ngandelin bule yang lewat saja. Ini baru rencana minta bantuan ke teman untuk buat blog,” sebut pria yang sudah 48 tahun ini.
Akhirnya karyanya mulai membuat golf mini, interior lampu, patung binatang. Tentu banyak lagi bentuk-bnetuk lain berbahan fiberglass dan cairan resin, keluar dari tangannya. Dan akhirnya karya-karya ini diterbangkan ke luar negeri. Mulai Prancis, Italia, Yunani, Maladewa dan negara lainnya. ”Terakhir sampai dua kontainer saya kirim ke Prancis. Termasuk ada pesanan baru lagi,” lanjut Putut sambil terus mengisap rokok.
Bahkan ada pesanan terus mengalui dari Yunani. Katanya pemesan itu punya restoran dengan nama Rain Forest (hutan hujan). Katanya restoran itu butuh banyak interior berbentuk binatang langka.
Yang lebih heboh lagi, karya Putut menghiasi Istana Perdana Menteri Timor Leste Xanana Gusmao. Perancang dan pembuat istana di bekas bagian RI ini adalah orang Firlandia, Ari Wego Saski. Orangnya langsung datang dan memesan karya-karya Putut.
“Interior yang saya buat adalah segala jenis bentuk lampu dari fiberglass. Semua sudah terkirim ke Timor Leste untuk Istana Xanan Gusmao,” kata dia bangga.
Harga yang dia pasang tergantung besar kecilnya karya kerajinan. Kalau binatang mulai Rp 6 juta sampai Rp 9 juta. Sedangkan lampu-lampu dipatok Rp 1,2 juta (ukuran paling besar). Begitu usahanya jalan, Putut punya obsesi lain.
”Saya mau buat patung Mbah Surip. Saya kenal beliau karena kakak saya satu sekolah dulu di STM dengan Mbah Surip. Dia pesan ke saya sejak hidup, tapi belum terealisasi hingga sekarang. Semoga dalam waktu cepat saya mau buat, biar nggak ganjal (merasa terutang),” pungkas pria yang sudah tujuh tahun bergelut dengan fiberglass ini. (*)
Oleh : KETUT ARI TEJA, Denpasar (Radar Bali)