Dipasarkan ke Bali dan Prancis, Raup Penghasilan Rp 5 Juta Per Bulan
Sebagai salah satu daerah yang memiliki keterkaitan historis dengan Kerajaan Mojopahit, kawasan Trowulan memang memiliki potensi tersendiri. Tidak hanya potensi di bidang wisata, Trowulan juga memiliki potensi di bidang kerajinan tangan. Salah satunya kerajinan pembuat patung. Patung-patung hasil kerajinan perajin Trowulan itu terdengar hingga mancanegara.
Siang itu di salah satu galeri kerajinan Jl Raya Trowulan, seorang pria nampak sedang serius memperhatikan sebuah patung kera yang sedang menutupi matanya dengan kedua tangan. Patung tersebut nampak baru setengah jadi.
”Patung ini harus selesai malam ini. Karena besok harus sudah dikirim ke Prancis,” jelas Deni Indianto, seorang perajin.
Dengan memegang pahat ada palu, dia tampak teliti memahat wajah kera yang dibuatnya. Pembuatan patung memang diperlukan ketelitian. Sebab, satu kali kesalahan, akibatnya bisa fatal.
Di galerinya terlihat banyak batu jenis batu hitam dan batu batu paras berukuran besar yang digunakannya sebagai bahan baku membuat patung. ”Batu-batu besar ini saya datangkan dari Kabupaten Malang. Awalnya saya membeli di Ngoro, kabupaten Mojokerto, tapi karena ditempat itu sudah tidak menjual lagi, saya pesan ke Malang,” jelasnya sambil memegang pahat untuk membentuk wajah patung.
Sambil membuat patung keranya, dia menceritakan sejarah memulai usahanya. Menurut laki-laki berumur 27 ini, sebelum memulai usaha secara mandiri, ida bekerja kepada perajin pembuat patung selama dua tahun.
”Waktu itu umur saya baru 21, saya bekerja di salah seorang perajin patung. Nah, dari sanalah saya belajar membuat patung,” paparnya.
Karena merasa cukup memiliki ”ilmu” memahat, dia memberanikan diri membuat usaha secara mandiri dengan modal yang dia peroleh dari bekerja di orang lain.
Namun, setelah usahanya berjalan setahun, dia mengalami nasib sial. Usahanya yang dia bangun pun mengalami kebangkrutan. ”Setelah itu saya sadar, mungkin karya saya belum cukup bagus,” tuturnya.
Merasa karyanya kurang memuaskan, dia lalu kembali ”berguru” dengan bekerja kepada perajin patung lainnya. Setelah satu tahun bekerja, dia kembali bangkit memulai usaha mendirikan galeri kerajinan patung.
Dalam sebulan, dia bisa mengirim patung buatannya ke seorang pengusaha asal Bali sebanyak satu truk. Dengan pengiriman sebanyak itu, materi yang dia dapatkan pun lumayan banyak. ”Dalam sebulan, saya bisa mendapatkan keuntungan bersih sekitar Rp 5 juta,” jelasnya.
Setiap patung yang dibuatnya, dia mematok harga dengan kisaran antara Rp 100 ribu hingga Rp 500 ribu. Rupanya, patung hasil karyanya tidak hanya dipasarkan di Bali. Salah satu pengusaha asal Prancis secara khusus memesan patung darinya.
Usaha pembuatan patung asal Trowulan memang sudah dikenal di berbagai kota. Hal ini juga tidak terlepas dari peninggalan kerajaan Mojopahit. Konon, Trowulan merupakan pusat pemerintahan Kerajaan Mojopahit, maka suasana Mojopahit sangat terasa saat menginjakkan kaki di Trowulan. (yr)
Reporter : AIRLANGGA, Trowulan
Sumber : Radar Mojokerto (Jawa Pos)